Karangasem, 15 Desember 2024, Labuhan Amuk, terletak di bagian timur Pulau Bali, sekitar 60 kilometer dari Kampus Politeknik Negeri Bali, adalah rumah bagi lebih dari 100 nelayan tradisional dari Desa Antiga, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Awalnya, nelayan di kawasan ini berfokus pada aktivitas penangkapan ikan. Namun, ketidakpastian hasil tangkapan dan tingginya biaya operasional, terutama bahan bakar minyak (BBM), mendorong mereka untuk mengubah fokus kegiatan dari menangkap ikan menjadi menyewakan perahu kepada pemancing dari luar daerah.

Peralihan dari Penangkapan Ikan ke Penyewaan Perahu

Langkah ini diambil karena penyewaan perahu memberikan pendapatan yang lebih pasti. Nelayan menerima pembayaran di muka sebelum melaut, berbeda dengan aktivitas penangkapan ikan yang membutuhkan biaya operasional awal tanpa jaminan hasil tangkapan. Kini, hampir seluruh nelayan di Labuhan Amuk menyewakan perahunya, menghilangkan aktivitas jual beli ikan yang umumnya terlihat di kampung nelayan lainnya. Ikan hasil tangkapan pemancing yang menyewa perahu langsung dibawa ke rumah masing-masing.

Dukungan lingkungan juga berperan penting dalam perkembangan penyewaan perahu. Kontur Labuhan Amuk yang berupa teluk pendek dengan gelombang kecil memudahkan aktivitas pemancing, ditambah pemandangan indah yang diapit perbukitan di sisi barat dan timur. Faktor-faktor ini menjadikan Labuhan Amuk destinasi memancing yang menarik.

Kelompok Nelayan dan Sistem Operasional

Saat ini, terdapat tiga kelompok nelayan di Labuhan Amuk, yaitu: Kelompok Nelayan Segara Madu, Pokmaswas Tirta Segara, KUB Bendega Tanjung Jepun. Meski sudah ada struktur kelompok, sistem penyewaan perahu masih dilakukan secara manual dan personal. Pemancing, sebagian besar pelanggan tetap, biasanya memesan perahu melalui telepon atau WhatsApp 2-3 hari sebelumnya. Jika perahu sudah terpesan, nelayan akan mengalihkan permintaan ke rekannya. Biaya sewa berkisar antara Rp. 600.000 hingga Rp. 1.500.000, tergantung durasi biasabya 6-12 jam dan dan juga tergantung dari jarak jelajah pemancingan. Setiap perahu dapat memuat maksimal empat orang, dengan nelayan bertindak sebagai nakhoda.

Permasalahan dan Tantangan

Tim peneliti dari Prodi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali mengidentifikasi bahwa dalam melakukan aktivitas penyewaan perahu, kelompok nelayan menghadapi berbagai tantangan dalam operasional mereka yaitu:

  1. Tingginya biaya BBM: Menghabiskan hingga sepertiga dari biaya sewa, ditambah kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi. Biaya tambahan juga diperlukan untuk penerangan malam hari.
  2. Ketiadaan teknologi pendukung: Tidak ada pelacak ikan, perangkat penentuan lokasi potensial, maupun rute terpendek ke lokasi pemancingan.
  3. Minimnya monitoring aktivitas: Tidak ada pemantauan keberadaan anggota nelayan, lokasi, hasil tangkapan, atau produktivitas penyewaan perahu.
  4. Ketiadaan manajemen layanan: Tidak ada sistem pencatatan pelanggan, evaluasi kepuasan, atau strategi pemasaran yang baik. Nelayan cenderung pasif menunggu pelanggan.
  5. Kendala cuaca: Faktor alam seperti angin kencang, hujan deras, dan gelombang pasang sering menghambat aktivitas melaut.

Melalui Program Inovokasi dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi yang dilaksanakan dari bulan Oktoner s/d Desember 2024, tim peneliti yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Prodi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali yang diketuai oleh Ida Bagus Irawan Purnama, S.T., M.Sc., Ph.D. memberikan bantuan berupa implementasi teknologi tepat guna (TTG) dan pembinaan melalui pelatihan untuk membantu mengatasi beberapa masalah yang dihadapi oleh kelompok nelayan diatas.

Solusi dan Manfaat Implementasi Teknologi Program Inovokasi dilaksanakan adalah dengan penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) yaitu: Lampu LED Solar Cell, alat Fish Finder, serta Aplikasi Fishing Point, juga pembinaan terkait manajemen layanan dan digital marketing. TTG juga diikuti dengan pelatihan yang terkait dengan teknologi dan aplikasi yang diterapkan. Dengan cara ini diharapkan nelayan dapat memahami, menggunakan dan melakukan perawatan mandiri terhadap teknologi dan aplikasi yang diterapkan.

  1. Lampu LED Solar Cell yang Bersifat Renewable
  2. Cahaya penerangan yang cukup dibutuhkan oleh pemancing dan nelayan yang melaut pada malam hari. Cahaya juga berfungsi untuk menarik perhatian ikan agar mendekat ke perahu, semakin terang semakin bagus. Dengan menggunakan lampu LED Solar Cell 1000 W yang dicas pada siang hari dengan tenaga matahari bisa bertahan 8 s/d 10 jam maka akan mengurangi ketergantungan terhadap genset dan aki mobil yang harus dicas dengan listrik PLN. Tentu ini akan mengurangi biaya melaut pada malam hari. Lampu yang digunakan haruslah tipe outdoor waterprof IP5 yang tahan panas dan air sehingga cocok dipasang di perahu.
  3. Bersamaan dengan pemasangan lampu akan dilakukan pelatihan pemakaian, kontrol dan perawatan lampu LED Solar Cell kepada nelayan pemilik perahu termasuk penanaman pemahaman tentang renewable energy. Sehingga jika nanti terdapat kendala dan masalah mereka bisa melakukan trouble shooting sendiri.
  1. Fish Finder untuk Pelacak Ikan
    1. Dengan Fish Finder yang dilengkapi Sonar sebagai sensor bawah laut maka nelayan akan lebih mudah mengetahui lokasi berkumpulnya ikan atau fishing dome. Sehingga dengan informasi ini, pemancing bisa memperoleh lebih banyak hasil tangkapan. Jika pemancing puas maka tentunya mereka akan kembali lagi memancing.
    1. Dеngаn GPS, nelayan juga bіѕа mengetahui koordinat lintang bujur, arah dan kecepatan. Ini ѕаngаt bermanfaat untuk nelayan demi mengetahui posisi saat dі laut, menentukan rute perjalanan dan menandai tempat penting seperti tempat уаng banyak ikan. Dеngаn GPS ini tentunya аkаn bіѕа menghemat BBM karena rute bіѕа ditentukan, sehingga kemungkinan untuk salah arah ѕаngаt kecil. Dеngаn bantuan sonar dan satelit, nelayan tіdаk perlu berputar-putar mencari lokasi ikan. Dеngаn demikian, nelayan dараt menghemat BBM.
  2. Aplikasi Mobile Fishing Point
    1. Dengan aplikasi serupa Aplikasi Mobile Fishing Point maka nelayan yang akan melaut dapat mengetahui kondisi cuaca, angin dan gelombang laut. Hal ini penting untuk mengetahui saat yang tepat dan tidak tepat untuk melaut sehingga keselamatan anggota mitra bisa terjaga. Disamping itu aplikasi ini bisa dikembangkan untuk melakukan tracking keberadaan anggota mitra saat melaut serta hasil tangkapannya. Hal ini penting untuk mengukur distribusi dan produktifitas harian masing-masing anggota nelayan.

Dengan program Inovokasi ini diharapkan kelompok nelayan dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas anggota nelayannya karena layanan dan fasilitas yang diberikan kepada pelanggan atau pemancing semakin baik dan terorganisir. Hal ini bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan nelayan penerima manfaat program Inovokasi ini. Dengan layanan yang lebih baik dan terorganisir, daya tarik Labuhan Amuk sebagai destinasi memancing juga meningkat, memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal.

Transformasi melalui program Inovokasi 2024 ini menunjukkan bahwa adaptasi inovatif dapat membawa keberlanjutan bagi komunitas nelayan, bahkan di tengah tantangan operasional dan perubahan zaman. (gus)