Nusa Penida, 12 Agustus 2024
Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang paling banyak diidap oleh masyarakat Indonesia. Dampaknya yang serius, seperti risiko stroke dan penyakit jantung, menjadikan hipertensi sebagai ancaman kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Di tengah upaya pencegahan dan pengendalian PTM, peran kader kesehatan di tingkat komunitas menjadi sangat penting. Kader kesehatan, sebagai ujung tombak di lapangan, memiliki tugas yang krusial dalam mendeteksi dini dan mencegah hipertensi di tengah masyarakat.
Berdasarkan data yang dikumpulkan sebelumnya di Desa Kutampi menunjukkan dari 200 sampel keluarga yang diwawancarai terdapat 14,5% yang menderita anggota keluarganya menderita hipertensi. Beberapa perilaku berisiko yang terkait hipertensi dalam keluarga tersebut yaitu kebiasaan merokok pada 43% (86 orang), merokok di dalam rumah 42,5% (85 orang), biasa minum minuman beralkohol pada 9,5% (19 orang), Tidak biasa mengkonsumsi sayur senayak 7% (14 orang), konsumsi tinggi lemak pada 16% (32 orang), konsumsi tinggi gula pada 11% (22 orang) dan yang termasuk kegemukan/obesitas sebanyak 14% (28 orang). Sedangkan pengamatan pada kelompok lansia diketahui bahwa dari 112 responden Lansia sebanyak hampir sebaian yaitu 45,5% (51 orang lansia mengalami Hipertensi.
Salah satu ujung tombak upaya kesehatan di masyarakat adalah kader kesehatan. Namun, untuk memastikan kader kesehatan mampu menjalankan peran tersebut dengan efektif, penguatan kapasitas mereka perlu menjadi prioritas. Mengapa? Karena kader kesehatan sering kali menghadapi tantangan besar, seperti keterbatasan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali gejala awal hipertensi serta cara-cara pencegahannya. Selain itu, akses mereka terhadap pelatihan dan sumber daya yang memadai juga masih terbatas.
Bertempat di halaman PAUD Desa Kutampi, pada hari Minggu, 11 Agustus 2024 telah dilaksanakan temu kader kesehatan untuk penguatan kapasitas kader dalam upaya pencegahan hipertensi di masyarakat Desa Kutampi, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Kegiatan ini diikuti oleh 30 Kader Posyandu dilingkungan Desa Kutampi dan dihadiri oleh Perbekel Desa Kutampi, PLKB Desa Kutampi, Bidan Desa Kutampi serta tim PkM PWB Poltekkes Kemenkes Denpasar di Desa Kutampi. Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat skema Pembinaan Wilayah Berkelanjutan (PkM PWB) Poltekkes Kemenkes Denpasar, Dr. I Putu Suiraoka, M.Kes menyatakan bahwa penguatan kapasitas kader kesehatan bisa dilakukan melalui berbagai strategi. Pelatihan berkelanjutan adalah salah satu langkah penting yang dapat diambil. Dengan memberikan pelatihan yang berkala dan berbasis bukti, kader kesehatan akan lebih siap dan percaya diri dalam melaksanakan tugas mereka. Selain itu, penggunaan media edukasi yang mudah diakses juga dapat membantu mereka dalam menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat. Hal ini penting agar edukasi tentang hipertensi dan pencegahannya dapat diterima dengan baik oleh komunitas.
Monitoring dan evaluasi juga tidak kalah penting. Sistem yang baik untuk memantau kinerja kader kesehatan serta memberikan umpan balik secara berkala dapat meningkatkan efektivitas program pencegahan hipertensi di lapangan. Dengan demikian, kader kesehatan tidak hanya menjadi penyampai informasi, tetapi juga menjadi agen perubahan yang dapat membawa dampak nyata bagi kesehatan masyarakat. Perbekel Desa Kutampi, I Wayan Mustika dalam sambutan pembukaannya menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan. Menurutnya saat ini di Desa Kutampi telah terbentuk 2 kelompok lansia yang akan dikembangkan oleh Desa yaitu di Lingkungan Gelagah dan Lingkungan Ponjok. Namun sebelumnya Desa Kutampi memiliki kelompok lansia sejak 2023 di Lingkungan Bayuh yang menjadi binaan kecamatan. Beliau menekankan betapa pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat dalam pencegahan yang dilaksanakan secara berkelanjutan.
Mengingat pentingnya peran kader kesehatan, maka dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan, seperti dukungan dari Pemerintah, LSM, Perguruan Tinggi Kesehatan dan pihak terkait. Semuanya harus berkolaborasi untuk memastikan kader kesehatan mendapatkan pelatihan dan sumber daya yang dibutuhkan. Dengan penguatan kapasitas yang tepat, kader kesehatan dapat menjadi garda terdepan dalam pencegahan hipertensi, membantu masyarakat hidup lebih sehat dan mencegah dampak buruk dari penyakit ini (ips).